Labels

Wednesday, November 20, 2013

Mengenal Teknologi Li-Fi Internet


Perangkat Wi-Fi sudah menjadi hal umum yang sering digunakan untuk menerima dan memancarkan data dengan memamfaatkan gelombang radio, namun berbeda dengan Li-Fi, perangkat ini menggunakan cahaya lampu di rumah untuk mengirim atau menerima data atau dengan kata lain komunikasi menggunakan cahaya dari bohlam lampu. Cara kerjanya hampir sama dengan Wi-Fi.

Li-Fi (Light-Fidelity) merupakan teknologi optik nirkabel baru untuk menyediakan konektivitas terbatas didalam ruangan. Namun dalam perkembanganya akan diperluas untuk menembus dinding atau penghalang.
Dilansir dari wikipedia.org. Li-Fi adalah label untuk sistem nirkabel komunikasi menggunakan cahaya sebagai pembawa bukan frekuensi radio tradisional, seperti di Wi-Fi.

Li-Fi digunakan sebagai istilah komunikasi cahaya tampak lebih umum (VLC), yang merupakan penggunaan dari bagian cahaya tampak dari spektrum elektromagnetik untuk mengirimkan informasi.

Istilah Li-Fi diciptakan oleh Profesor Harald Haas dari Universitas Edinburgh di Inggris dan CSO pureVLC, dan mengacu pada jenis teknologi VLC, solusi komunikasi mobile berkecepatan tinggi dengan cara yang sama seperti Wi- Fi. Oleh karena itu, dasar prasyarat untuk Li-Fi adalah link dua arah melalui media yang sama. Istilah ini pertama kali digunakan dalam konteks ini oleh Harald Haas.

Li-Fi memiliki keuntungan untuk dapat digunakan di area sensitif elektromagnetik seperti di pesawat terbang, pembangkit listrik tenaga nuklir, instalasi minyak & gas dan tempat-tempat lain tanpa menyebabkan gangguan. Namun, gelombang cahaya yang digunakan tidak dapat menembus dinding yang membuat Li-Fi secara signifikan lebih aman dibandingkan dengan Wi-Fi.

Pengganti Wi-FI Ilmuwan Cina Berhasil Uji Coba Li-Fi



Sekelompok ilmuwan di Cina telah membuat kemajuan dengan bereksperimen menciptakan bola lampu LED yang dapat memancarkan jaringan Internet layaknya Wi-Fi. Peneliti dari Universitas Fudan di Shanghai, Cina, menyebut teknologi ini sebagai Li-Fi.

Bukan dari frekuensi gelombang radio seperti di WI-FI, melainkan cahaya. Peneliti tersebut berhasil mengujikan empat perangkat yang berada di dekat bola lampu Li-Fi untuk bisa tersambung Internet. Pihaknya pun mengklaim perangkat Li-Fi ini telah ditanami microchip khusus yang dapat mengirim koneksi data hingga 150 Mbps atau jauh lebih cepat ketimbang kecepatan rata-rata broadband di Cina.

Chi Nan, seorang profesor TI di Universitas Fudan yang menjadi bagian dari kelompok penelitian ini menjelaskan, peralatan transmisi sinyal nirkabel saat ini jauh lebih mahal dan tingkat efisiensinya masih rendah. Sementara Li-Fi mampu memancarkan sinyal nirkbael lebih baik dan energi yang dikonsumsinya juga jauh lebih sedikit ketimbang teknologi sebelumnya.

“Dibandingkan dengan BTS (menara pemancar sinyal0), banyak bola lampu yang dapat digunakan secara praktis dan tak terbatas. Terlebih, orang Cina pun mulai begitu cepat menggantikan lampu pijar kuno dengan bola lampu LED. Di mana pun ada bola lampu LED, maka di situ ada Internet, dilansir kantor berita Xinhua.

Meski demikian prefesor Chi Nan menegaskan, masih ada jalan yang cukup panjang membuat Li-Fi sukses secara komersil. Menurutnya, pengembangan teknologi utamanya masih dalam tahap percobaan, seperti kontrol komunikasi cahaya, desain microchip, dan manufaktur lainnya.

Salah satu kelemahannya ialah, lanjutnya, “jika sinar lampu ditutupi, maka sinyalpun akan terputus,”. Namun di satu sisi, Li-Fi bisa lebih aman dari Wi-Fi karena cahaya tak dapat menembus permukaan padat, seperti dinding. Sehingga, tidak seperti Wi-Fi, resiko penyadapan atau peretasan melalui sinyal Wi-Fi dapat diminimalisir.

Sekedar informasi, istilah Li-Fi atau diperpanjang “light-fidelity” sendiri pertama kali diciptakan pada 2011 silam oleh Harald Haas, seorang profesor teknik dari Universitas Edinburgh, Inggris. Teknologi ini memanfaatkan sinar lampu LED yang sudah diprogram khusus untuk bisa mengirimkan data.

sumber: http://www.jagatreview.com

0 comments:

Post a Comment